Cerita Sex Dua Perawan Buat Bayar Hutang

Video Rate:
3.33 / 5 ( 3votes )
3810 views

Subtitlecinema Cerita Sex Dua Perawan, Pengalamanku ini terjadi pada tahun tahun belakangan ini, saat aku sedang mengawali usahaku di kota S. Aku baru saja menuntaskan urusan pinjaman modalku pada suatu bank swasta di kota ini. Pada masa tersebut belum ada firasat yang mengisyaratkan timbulnya bencana ekonomi laksana belakangan ini, sampai-sampai semua hal banking terasa smooth saja.

Banker yang mengurusi pinjamanku merupakan seorang mantan sahabat SMA-ku dulu. Sebut saja namanya Nana. Ia baru sejumlah bulan bekerja di bank itu setelah menuntaskan studinya di Amerika. Semasa SMA, Nana merupakan seorang yang menurutku termasuk kelompok nerd. Berkaca mata, duduk di deretan depan, rajin bertanya, dan catatannya tidak jarang kali laris difotokopi saat menjelang musim ujian. Sedangkan aku sendiri termasuk kelompok urakan, yang tidak jarang kali mendapat nilai pas-pasan, kecuali untuk latihan olah raga.

Setelah usai menandatangani tumpukan kontrak dan perjanjian, aku menyimpulkan untuk mengajaknya santap siang, tidak lagi sebagai kreditor, namun sebagai seorang sahabat lama. Nana setuju saja, menilik bahwa pinjamanku waktu tersebut membuatnya mengisi target bulanannya.

Kami meluncur mengarah ke sebuah hotel yang lumayan terkenal di kota S, sebab satu gedung dengan pusat perbelanjaan TP3. Kami menguras waktu lumayan lama guna memesan menu ala carte, sebab harga menu buffet pastinya tidak terlampau ekonomis. Selama makan, Nana terlihat diam saja, laksana biasanya. Aku mengupayakan mengamati wajahnya yang manis itu. Kulihat alisnya yang tipis, hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis, dan lehernya. Leher yang paling indah, jenjang dan halus.

Cerita Sex Dua Perawan, Ketika aku menyaksikan agak ke bawah lagi, kulihat kancing kemejanya yang sangat atas tidak dikancingkan sampai-sampai aku bisa berimajinasi bagaimana format bagian tubuhnya yang sedang di balik kemeja itu. Selagi asyik-asyiknya merasakan keindahan itu, rupanya Nana mengamatiku dari tadi.
Ia menyunggingkan senyum, memungut serbet, mengelap bibirnya, dan berkata, “Jen, anda masih laksana yang aku dengar dulu?”.
“Hmm.., Tergantung apa yang anda pernah dengar dulu”, Jawabku agak kikuk.“Pacaran dengan sesama jenis”, Jawabnya lugas. Membuat mataku tidak banyak terbelalak kaget dan menatap matanya yang bundar lucu itu.
“Yah.., Kalau gosip yang anda dengar lumayan lengkap, seharusnya anda nggak butuh nanya ‘kan?”, Jawabku mengupayakan diplomatis.
“Cukup menyeluruh untuk dapat blackmail kamu”, Katanya.
“Haha, just kidding!”, ujarnya lagi supaya aku tidak tersinggung. Aku tersenyum saja dan pura-pura berkonsentrasi pada santap siangku.
“Bersyukurlah kamu dapat hidup normal”, Kataku mengupayakan bergaya bijak.
“Hihihi.., Udahlah Jen, kreditnya udah di-approved ‘kan?”, katanya lagi”, Nggak terdapat yang butuh ditakutin.., kecuali bila bayarnya nunggak!”, Candanya.

Kami terdiam untuk sejumlah saat, tapi lantas aku menikmati sesuatu di betisku. Meja santap kami termasuk kecil, sampai posisi duduk kami lumayan dekat, dan kaki kami dapat bersentuhan. Namun kali ini sentuhan tersebut seperti bukannya tak sengaja. Aku menikmati sentuhan jari kakinya mengelus betisku pelan-pelan, merambat naik ke lututku, bergerak menyusup masuk ke rok miniku, dan bergerak mengusap-usap paha kiriku unsur dalam.

Aku menatap matanya dalam-dalam seraya tidak tahu apa yang mesti aku lakukan, namun dia balik memandang wajahku, tersenyum, dilepaskannya gagang sendoknya, kemudian tangannya menyentuh lehernya sendiri dengan ujung jari tengah. Seperti orang tolol, pandanganku mengekor kemana larinya jari-jari lentik itu. Jemarinya bergerak pelan-pelan ke bawah, menyusuri lehernya, turun terus, kemudian berhenti saat tersangkut di kancing kemeja kuningnya.

Pada saat tersebut juga jari kakinya yang semenjak tadi diam salah satu kedua pahaku disodokannya ke depan, menyenggol kewanitaanku, memang tidak tepat pada bibirnya, namun lumayan memberiku sengatan birahi yang mendadak. Aku lumayan mengagumi keindahan tubuhnya, tetapi aku masih segan guna bereaksi, aku malu sebab Nana pernah menjadi orang yang lumayan aku hormati. Dilemparkannya kemejanya ke atas ranjang, menyusul bra dan celana dalamnya. Aku diam menatap tubuhnya yang kini terbalut rok mini biru tua itu. Payudaranya nampak estetis sekali bentuknya, bulat, tidak terlampau besar tetapi kencang, putih bersih, dan putingnya kecil sekali berwarna coklat muda. Ia melangkahkan kakinya mendekati tempatku duduk.

“Jenn”, bisiknya, “Aku mendengar seluruh gosip mengenai kamu. Tentang anak-anak basket yang lesbi, dan mengenai apa yang anda lakukan dengan guru geografi di perpustakaan masa-masa itu. In fact, nyaris semua orang membicarakannya, tetapi nggak terdapat yang berani terang-terangan menuduh”, Sambungnya lagi.

Aku tetap diam, menundukkan kepalaku dengan rasa tidak enak.
“Aku iri dengan Reni dan Evelin yang dapat setiap ketika mandi bareng kamu, tidur bersama di lokasi tinggal kost, melihat anda dengan kaos basah di ruang ganti..”, bisiknya lagi, seolah menelanjangi masa laluku yang berkeinginan aku lupakan. Aku tetap tertunduk saat tiba-tiba Nana meraih kepalaku dan mendongakkannya. Karena posisiku duduk dan dia berdiri, maka mataku langsung berhadapan dengan sepasang payudaranya yang estetis itu, dengan puting-puting yang masih flat, menantikan untuk dibangunkan.

Cerita Sex Dua Perawan

Cerita Sex Dua Perawan

Aku tetap terdiam, walau jari-jari Nana menyusupi rambutku yang lurus dan pendek, mengelus pipi dan rahangku, membelai tengkukku kemudian aku mendengar suaranya lagi.
“Jenn, please..”, Katanya, aku melirik ke atas, menatap matanya. Kaca matanya tak dapat menyembunyikan sorot memelas dari kedua mata bulatnya. Tanganku mendekap pinggulnya menariknya mendekat. Aku segera mendaratkan bibirku tepat pada puting susu kanannya, menghisap, melingkarinya dengan lidahku, terus-menerus.

Cerita Sex Dua Perawan, Aku menikmati cengkeramannya pada kepalaku menguat, aku mendengar desahan nafasnya makin tak teratur, Aku melirik ke wajahnya, aku menyaksikan alisnya menyatu, matanya terpejam, mulutnya ternganga menerbitkan desahan nafas tak beraturan. Aku ikut kehilangan kontrol, wajahnya begitu membangunkan hasratku, aku segera mengalihkan mulutku ke puting susu kirinya, meremas payudaranya seraya mengulum putingnya, ekspresi wajahnya mengindikasikan perasaan kegelian yang amat sangat, tubuhnya menggeliat-geliat kecil, kakinya terlihat goyah, tak lama lantas ia jadi lunglai laksana selembar handuk, rebah di atas karpet tebal kamar itu. Cukup lama aku memainkan kedua payudaranya dengan mulut dan tanganku sedangkan tangannya sendiri sudah masuk ke balik rok mininya.

Tiba-tiba ia mendorongku sampai kini aku sedang di bawah tubuhnya. Wajahnya nampak begitu dekat dengan wajahku, ia mendaratkan ciumannya di bibirku, menghisapnya kuat-kuat, seraya tangannya membuka kancing-kancing blazer dan kemejaku. Aku tidak mengerti mengapa aku diam, namun sekarang aku menikmati tangannya sudah menerobos bra Marks & Spencer-ku. Dilepaskannya bibirnya dari bibirku, ia menjilati dan menciumi semua rahang dan leherku, memberiku rasa hangat yang nikmat.

Ditariknya braku ke atas sampai ia dapat menyaksikan payudaraku. Ia terlihat begitu bernafsu memandanginya diremas-remasnya kedua payudaraku dengan gemas hingga terasa agak sakit. Tiba-tiba mulutnya menyerbu puting susuku yang kiri, melumatnya, menghisap, dan menjilatinya. Rangsangan yang tiba-tiba membuatku terpejam dan meringis menyangga rasa geli yang tiba-tiba menyerbu. Aku mendongakkan kepalaku ke atas, aku menikmati gerakan lidahnya semakin menjadi-jadi. Kedua puting susuku dijilati dan dihisapnya bergantian, rasanya geli sekali, tanganku mencoba memegang erat pinggangnya, tetapi rasa geli pada puting-putingku terasa membuatku lemas dan aku menikmati sesuatu sudah meleleh terbit dari kewanitaanku.

Ditariknya celana dalamku sampai lepas, disingkapkannya rok miniku ke atas, kakiku dikangkangkannya, kemudian ia menempelkan kewanitaannya pada kewanitaanku, digosoknya naik turun, aku menikmati hangat dan nikmat yang tak tertahankan, aku mengerang dan merintih keras-keras tak peduli siapa yang bakal mendengar.

Aku tergeletak telentang di atas karpet cokelat muda itu, aku melihatnya seperti menempati selangkanganku, menciptakan kewanitaan kami saling bergesekan, tangannya berpegangan pada payudaraku, jempol dan telunjukknya memilin-milin keras puting susuku. Ia menggeliat-geliat seraya menaik-turunkan badannya, mendongakkan kepalanya ke atas, sampai aku dapat menyaksikan keindahan rahangnya yang luar biasa.
Aku sendiri menggeliat-geliat mencoba menyangga gempuran rasa geli dan nikmat yang mengalir memenuhi tubuhku lewat payudara dan kewanitaanku.
“Aduhh, Nanaa.., ohh..”, Aku seolah mendengar sendiri eranganku yang tak beraturan.

“Uhh.., Jennii.., nikmat sekalii”, Ia merintih-rintih tak karuan, nafasnya kian memburu, gesekan kewanitaan kami semakin terasa hangat dan lembap, pelintiran dan remasannya menciptakan payudaraku serasa pegal meskipun kegelian. Aku megap-megap kegelian, punggungku terangkat dari karpet, melengkung laksana busur panah. Kenikmatan yang kudapatkan serasa merajam tubuhku, putingku terasa pegal dan geli sebab diplintir-plintir dari tadi, sedangkan kewanitaanku terasa berdenyut-denyut, rintihanku semakin tak karuan, birahiku makin memuncak.

Hingga kesudahannya aku merasakan tekanan dari dalam tubuhku mengarah ke kewanitaanku, tubuhku terasa kejang dan kaku, aku berjuang menahan walau sia-sia, kewanitaanku terasa tak dapat membendungnya, sampai akhirnya hentakan orgasme menghantam tubuhku. Aku menjerit keras-keras, memegang erat pinggang Nana, di tengah serbuan kesenangan itu, aku sempat menyaksikan badan Nana pun mengejang, gerakannya berhenti, tetapi aku mustahil mengingatknya lagi, sebab aku langsung menjangkau puncak. Cairan kami saling bercampur diantara kewanitaan kami, Nana roboh dan tergeletak disampingku, sedangkan aku sendiri merasa kehilangan seperempat kesadaranku sebab orgasme yang cukup dahsyat itu.

Kami terbaring berdampingan, dengan tubuh basah oleh keringat, kaki terasa pegal, dan nafas terengah-engah, serta mata terkatup rapat.
Aku melirik tubuh Nana yang telanjang di sampingku, tengah memejamkan mata dan terkulai lemah.

Cerita Sex Dua Perawan, Aku sendiri tak kalah lelahnya, tubuhku masih dibungkus business suit, tetapi sudah terbuka di mana-mana, sampai payudaraku dapat merasakan dinginnya hawa AC ruangan, namun kesenangan orgasme tadi segera mengantarku ke alam bawah sadar, seluruh gelap lagi.. Hanya kesenangan dan kehangatan yang kurasakan mengalir dalam darahku.

Cerita Seks Bergambar, Cerita Dewasa Seks, Cerpen Seks, Cerita Seks Hot, Kisah Seks, Cerita Seks Tante, Cerita Sex, Cerita Sex Janda, Cerita Hot Sex, Cerita Sex Pembantu, Cerita Sex Gay, Sex Dewasa, Cerita Sex 2019, Cerita Sex Artis, Cerita Sex Jilbab, Cerita Ngesex, Cerita Sex SMA, Cerita Sex Dengan Tante, Cerita Sex Mama, Cerita Dewasa Tante, Kumpulan Cerita Seks, Cerita Hot Dewasa,

Category: Cerita Sex Tags: , , , , , , , , ,
cersex annisa cersex anal mama cersex dengan ibu mertua cersex hot terbaru cersex download cersex xnxx